BANJARNEGARA -- Selama ini petani di
''Petani terpedaya oleh budaya dan sistem. Petani terpedaya oleh biaya tinggi, entah oleh siapa,'' kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, saat meninjau panen raya padi di Desa Blambangan, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (10/3). Panen raya dilakukan bersama Menteri Pertanian, Anton Apriantono, dan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Saifulah Yusuf.
Petani di Desa Blambangan selama ini mempunyai perilaku tanam yang boros. Untuk tiap hektare lahan dibutuhkan benih 50 kilogram dan pupuk urea 600 kilogram, padahal pemerintah hanya menganjurkan urea 2,5-3,5 kuintal. Total biaya tanam termasuk pupuk dan obat-obatan mencapai Rp 1,57 juta. ''Petani tidak merasa mantap sebelum melihat daun padi hijau. Padahal yang kita kejar buahnya, bukan daunnya,'' kata Rame Priawan, ketua kelompok tani di Desa Blambangan.
Namun sesudah mendapat pembinaan dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, perilaku petani berubah. Untuk satu hektare kini hanya butuh 25 kilogram benih dan 175 kilogram urea. Ditambah pupuk organik cair dan kompos, total biaya tanam hanya Rp 670 ribu. Diikuti peningkatan produksi gabah kering dari sebelumnya hanya 6,3 ton menjadi 8,96 ton.
Pada acara itu, Din mengajak semua pihak untuk membantu petani agar bisa hijrah dari sistem yang menjebak ini. Agar petani tak makin terpinggirkan dan taraf hidupnya meningkat. Keterpinggiran petani di negara yang katanya agraris ini, lanjut Din, makin bertambah tatkala banyak lahan pertanian tergusur oleh kawasan industri. Petani yang mayoritas hanya buruh tani menjadi korban kapitalisme. ''Umat Islam harus bisa menjadi solusi, jangan bagian dari masalah,'' tambahnya.
Melihat hasil panen petani Blambangan yang menggembirakan, menteri pertanian optimistis target kenaikan produksi gabah kering hingga
rto