WAMENDES PDTT SEBUT DESA WISATA TAK BERARTI TANPA KONEKSI DIGITAL

  Rabu, 23 September 2020

JAKARTA – Pengembangan desa wisata dan ketersediaan koneksi digital menjadi dua hal yang tak terpisahkan.

Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Budi Arie Setiadi mengatakan, tanpa konektivitas digital maka keindahan sebuah desa wisata bisa jadi tak berarti apa-apa.

Hal tersebut dikatakan saat menjadi Narasumber pada Ngobrol Bareng Menggali Potensi dan Peran Desa dalam Mendukung Pariwisata Berkelanjutan secara virtual di Jakarta, Rabu (23/9/2020).

“Maka desa wisata harus bersanding dengan desa digital, terutama dalam mewujudkan ekosistem digital dalam konsepsi desa wisata,” ujar Wamen Budi Arie.

Terkait hal tersebut, Ia juga mengatakan bahwa pengembangan pariwisata berkelanjutan di desa juga harus disesuaikan dengan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa itu sendiri. Sebab menurutnya, arah pembangunan sebuah perdesaan seyogyanya harus ditentukan oleh warga desa itu sendiri.

“Prinsip dari pengelolaan desa wisata berbasis di manusia. Yang penting society-nya mendukung, masyarakatnya mendukung. Karena prinsip pembangunan desa adalah harusnya menjadikan warga desa sebagai subjek pembangunan. Dalam artian warga desa lah yang menjadi subjek utama pengembangan desa wisata tersebut,” kata Wamendes.

Di samping itu, lanjutnya, pengembangan desa wisata juga harus melibatkan para generasi muda. Menurutnya, spirit kerja keras dan inovatif dari pemuda-pemuda desa cenderung dapat menghasilkan karya luar biasa.

“Saya melihat semua desa wisata yang bagus, yang maju, saya lihat yang menggerakkan itu anak muda,” ungkapnya.

Menurutnya, desa-desa di Indonesia memiliki potensi besar di bidang pariwisata. Selain keindahan alam, menurutnya, adat dan budaya di perdesaan yang bervariasi memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

“Dari 74.953 desa, cukup banyak desa yang memiliki potensi wisata. Banyak sekali pantai yang indah, gunung, dan budaya yang dimiliki desa. 74.953 desa ini memiliki karakter budaya dan ekosistem yang berbeda-beda di masyarakat,” ujarnya.

Foto: Angga/Humas Kemendes PDTT

Teks: Novri/Humas Kemendes PDTT